Juventus adalah klub besar. Tak ada yang meragukan itu. Mereka punya sejarah panjang, stadion megah, penggemar fanatik, dan trofi Serie A yang kalau ditumpuk bisa bikin menara Pisa tambah miring. Tapi di Eropa? Ah, ini dia yang jadi bahan candaan.

Bukannya tanpa prestasi, Juventus sudah 9 kali mencapai final Liga Champions—jumlah yang membuktikan betapa superiornya mereka di kompetisi Eropa. Tapi masalahnya, dari sembilan final itu, mereka hanya menang dua kali, sisanya? Ya, seperti meme yang sering beredar, "Juventus di final UCL? Pasti kalah."

Final yang Jadi Trauma Kolektif

Mari kita kilas balik. Pertama kali Juventus mengangkat trofi Liga Champions adalah tahun 1985, saat mereka menang atas Liverpool dalam pertandingan yang diwarnai tragedi Heysel. Gelar kedua datang pada 1996, setelah mengalahkan Ajax lewat adu penalti. Sejak saat itu, Juventus kembali ke final berkali-kali... hanya untuk melihat lawannya yang berpesta.

Mari kita lihat daftar final yang membuat para Juventini harus mengelus dada:

  • 1997: Kalah dari Borussia Dortmund 1-3
  • 1998: Kalah dari Real Madrid 0-1
  • 2003: Kalah dari AC Milan (adu penalti, setelah 0-0 di waktu normal)
  • 2015: Kalah dari Barcelona 1-3
  • 2017: Kalah dari Real Madrid 1-4

Jadi kalau ada yang bilang Juventus itu klub besar tapi spesialis runner-up di Eropa, ya... memang ada benarnya.

Kenapa Juventus Selalu Keok di Final?

Banyak teori tentang kenapa Juventus sering gagal di final. Salah satunya adalah mentalitas. Di Serie A, mereka seperti raja yang tak tertandingi. Tapi begitu masuk ke final Liga Champions, beban sejarah terasa begitu berat. Tekanan tinggi, lawan yang lebih siap, dan faktor ketidakberuntungan sering membuat mereka terkapar di momen-momen krusial.

Kemudian, ada faktor lawan. Juventus seringkali bertemu dengan tim-tim yang sedang dalam performa terbaik mereka. Contoh nyata adalah final 2017 melawan Real Madrid. Juventus bermain solid di babak pertama, tetapi begitu Madrid menambah tempo di babak kedua, mereka tak bisa mengikuti ritme dan akhirnya kebobolan tiga gol dalam hitungan menit.

Akankah Kutukan Ini Berakhir?

Meskipun sering dijuluki "badut Eropa" oleh fans rival karena spesialisasi mereka dalam kalah di final, Juventus tetaplah klub besar yang punya peluang untuk mengubah nasibnya. Sayangnya, setelah era Cristiano Ronaldo, performa mereka di Eropa justru menurun. Bahkan sekarang, mereka kesulitan hanya untuk sekadar masuk ke Liga Champions.

Bisa jadi, suatu hari Juventus akan kembali ke final dan akhirnya mengangkat trofi lagi, menghapus julukan "badut Eropa" yang melekat pada mereka. Tapi sampai hari itu tiba, fans rival akan tetap menikmati tradisi lama: menertawakan Juventus yang hampir juara... tapi tidak jadi